Gambar Ilustrasi : http://www.theconnectedcause.com/ |
Pernahkah kita menyayangi seseorang? Menyayanginya dengan begitu sangat. Hingga kita pernah berangan-angan untuk selalu bersamanya menghabiskan sisa waktu yang ada di dunia ini. Pernahkah kita mencintai seseorang? Mencintai dengan rasa yang begitu teramat mendalam. Hingga kita pernah bermimpi untuk bisa mendampinginya menjalin bahtera rumah tangga dalam kehidupan ini. Pernahkah kita terlanjur memberikan hati kita pada seseorang? Seseorang yang telah kita perjuangkan dengan berbagai banyak cara dan usaha untuk membahagiakannya. Karena kita meyakininya untuk bisa menjadi jodoh kita.
Terkadang memang
kenyataan itu tak sesuai harapan. Apa yang terjadi tak sesuai keinginan kita. Apa yang ada tak terjadi senada dengan perjuangan kita. Ternyata orang yang begitu kita sayangi dan kita harapkan itu justru pergi meninggalkan kita. Entah secara perlahan dia menjauh pergi dengan alasan yang tak pernah ia beri. Atau dengan sangat cepat dia tiba-tiba hilang, tanpa sepatah kata dan alasan apapun yang coba ia bilang. Pasti rasanya begitu sakit di hati ini, kita yang sudah sangat berharap menjadikannya kekasih hati. Tiba-tiba seketika pergi meninggalkan pedihnya luka hati. Ibarat sebuah benih yang telah kita tanam dan kita rawat hingga senantiasa tumbuh bersemi. Tiba-tiba tercabut mati dan tiada yang peduli. Niscaya hanya meninggalkan akar yang sulit menumbuhkan daun dan bunga lagi. Itu karena si dia pergi, membuat sang benih harus menerima kenyataan bunganya selama ini tak begitu berarti. Mungkin kita harus mengerti, seseorang yang seperti ini memang biarlah pergi. Dia yang seenaknya datang dan pergi, tak layak dapatkan keseriusan hati.
Kita yang pernah mencintai seseorang namun ternyata dikhianati. Kesetian yang telah kita jaga setiap hari. Tak terbalas olehnya yang dengan sengaja menduakan hati. Rasanya pasti hati kita begitu hancur berkeping-keping. Kita yang telah dibuatnya terbang melayang-layang karena indahnya cinta yang kita rasa bersamanya. Namun justru saat diatas awan, kita melihat dengan mata kepala bahwa ia sedang bermesra ria dengan orang lain disana. Seketika seperti jatuh dihempaskan ke tanah dengan begitu keras. Sakit, luka, pedih dan seolah tak percaya bahwa orang yang selama ini kita percaya, dia telah bermain hati di belakang kita. Sulit pasti menerima kenyataan, karena kita terlanjur menyayanginya dengan begitu mendalam. Rasanya ingin tetap bertahan, mencoba membujuk ia untuk bisa berubah dan kembali di pelukan. Ah namun rasanya percuma, kala kita menyadari dan coba memahami. Jika ia memang setia dan menyayangi kita, ia tak mungkin akan mendua. Kita jadi sadar, orang yang tak setia memang tak pantas diberikan cinta.
Rasa sakit karena kehilangan, rasa pedih karena cinta kita terabaikan, dan rasa sepi karena dia telah jauh pergi. Tentu membuat kita terlarut dalam kesedihan hati. Kita tentu awalnya sangat kecewa dengannya. Rasanya ingin menamparnya keras-keras sambil membentaknya dengan lantang. Namun apalah daya kita, kita tak tega lakukan itu karena kita teramat mencintainya. Mungkin ada hari-hari dimana kita masih tersibukkan dengan kesepian hati. Luka di hati kenapa tak kunjung pergi. Kita mencoba melupakan, namun terasa sulit memang. Hari-hari yang ada justru selalu mengingatnya. Ingat kala bersamanya, ingat kala bercanda tawa dengannya dan teringat saat kita merajut mimpi indah bersamanya. Terkadang kita pun jadi berfikir untuk bisa bersamanya lagi. Terbayang bayangan indah jika suatu saat kita akan menjadi jodohnya, hingga tak sadar air mata kita menetes perlahan sambil bayangkannya. Namun kenapa saat kita ingat itu semua, justru rasa sedih di hati kita semakin terasa. Justru kita semakin terasa menderita. Mungkin saat itu kita sadar, bahwa dia sedang kita bayangkan. Dia itu adalah orang yang sebenarnya telah menyakiti kita.
Move on, kita pun ingin beranjak dari segala kesedihan yang terjadi. Ya memang rasanya pasti sulit jika kita telah terlanjur sangat mencintainya. Karena di hati kita masih tertinggal sebuah akar dari benih cinta yang telah kita tumbuhkan dulu. Ya biarlah waktu yang meleburnya sedikit-demi sedikit
“Kenapa ya, rasanya begitu sulit melupakannya? Apa aku gak bisa move on?”
Bukannya kita tak bisa move on kala sulit lupakan dia, justru kita akan mengerti bahwa selama ini itu bahwa kita memang benar-benar tulus menyayanginya. Mungkin hanya orang-orang yang tulus yang bisa merasakannya. Namun kita harus tahu, terlalu lama meratapinya justru kita yang akan sulit Move on. Ya kita harus harus segera lanjutin hidup ini, masih ada cerita panjang yang akan kita lalui. Masih ada banyak harapan dan cita-cita yang akan kita wujudkan. Mungkin kita harus menganggapnya sebagai sebuah fase hidup yang telah kita lalui. Toh dari pengalaman bersamanya, membuat kita lebih berhati-hati untuk tak disakiti seseorang lagi.
“Kenapa dulu aku mencintainya? Begitu sayang padanya?”
Rasa menyesal pasti ada, meneysal kenapa dulu menyayanginya. Namun rasa penyesalan itu harus segera kita syukuri. Karena dari itu kita telah tersadar. Mungkin kita harus mencoba tersenyum sekarang, anggap saja dia itu adalah sebuah kesalahan pilihan. Kita kan nggak selamanya benar, tentu ada waktu dimana kita salah memilih. Ya anggap saja dia itu pilihan yang ternyata salah kita pilih. Maka saat ini yang perlu kita lakukan adalah membenarkannya, waktunya kita membenarkan pilihan. Oh jangan lagi memilihnya kembali, buat apa memilih suatu yang salah untuk kedua kalinya. Seperti ketika kita ulangan di kelas, yang salah harus kita benarkan jawabannya. Karena kita tahu itu adalah salah. Yang kedua, mungkin kita juga yang salah memilih waktu dalam memilih. Mungkin untuk sekarang belum waktunya bagi kita untuk menyerahkan hati kita pada orang lain. Tentulah setiap hal itu butuh waktu yang tepat untuk ditempatkan, jika tidak tepat ya seperti ini jadinya. Ibarat umur lima tahun sudah masuk SMP, ya bakal sering menangis karena dijaili teman-temannya. Mungkin itulah seperti kita, yang terlalu buru-buru untuk berkasih sayang dengan orang lain.
Move on itu tak sekedar untuk melupakan. Tentu sulit lah, jika kita hanya sekedar melupakan. Karena tentu memori dalam otak kita itu sulit terhapus. Apalagi harus menghapus kenangan indah kala bersamanya, pasti ada saja waktu tiba-tiba kita teringat olehnya. Sulit lagi jika harus menghapus kenangan yang begitu pahit karena ditinggalkannya, karena luka hati itu tentu sulit terhapuskan walau sudah memaafkannya. Sekarang waktunya kita untuk mengalihkan ingatan kita untuk memikirkan hal yang lain. Supaya hati dan fikiran kita tak terbuang percuma untuk memikirkannya. Sia-sia kan jika harus memikirkan orang yang telah menyakiti kita. Lebih baik kita memikirkan orang atau hal apapun yang bisa membahagiakan kita. Kita tentu sudah tahu, sumber kebahagiaan kita di dunia ini itu bukanlah dia. So lets moving, di luar sana banyak kebahagiaan yang tengah menunggu kita. Masih ada banyak kok orang yang siap membahagiakan kita. Ada cinta yang baru didepan sana yang siap membahagiakan kita. Masih banyak mimpi yang tengah menunggu kita. Mimpi yang siap bisa menutupi berkas hitam di masa lalu. Masih banyak sahabat yang tengah menunggu kita. Sahabat-sahabat yang mungkin sempat kita acuhkan kala kita sedang terpuruk sepi. Waktunya kita tersenyum, sambut hidup baru kita tanpanya. Kebahagiaan itu bukan tercipta karena kita yang terdiam dengan masa lalu, tetapi kebahagiaan itu kala kita bisa belajar dari masa lalu. Cinta yang indah itu bukan dengan dia yang telah pergi, tetapi dengan dia yang sedang menanti kita di depan untuk siap bersama kita selamanya.
0 Response to "Move On Itu Tak Sekedar Tentang Melupakan, Namun Bagaimana Kita Bisa Mengalihkan"
Post a Comment