Dalam menjalin sebuah hubungan, komitmen adalah sebuah hal yang bisa membuat hubungan kita langgeng ataupun tidak. Kita sudah memilih seseorang, membuatnya mencintai kita. Kita tentu berusaha untuk bisa membahagiakannya semampu kita. Kita ingin melihatnya selalu tersenyum dengan hadirnya kita. Kita tidak ingin melihatnya bersedih, atau sekadar melihat ia nampak akan bersedih. Kita selalu berusaha untuk bisa membuat ia sebahagia mungkin dengan kita. Kecuali orang-orang yang main-main dengan cinta, seolah tidak peduli apakah pasangan yang ia cintai itu akan bahagia atau tidak. Namanya juga main-main, dia tidak pernah serius dengan apa yang namanya cinta. Mungkin hanya bualan semata dengan sering berkata aku mencintaimu, aku merindukanmu, aku bahagia bersamamu.
Tidak lain untuk melanggengkan sebuah jalinan cinta, setiap pasangan haruslah setia. Tanpa kesetiaan tentunya bisa membuat salah satu diantaranya akan mendua dan menyakiti yang lain. Luka karena diduakan itu tentu begitu terasa pedih sekali. Perasaan terabaikan karena hadirnya sosok yang lain. Meruntuhkan segala harapan yang telah dipercaya sejak dahulu. Seseorang yang bahagia ddengan pasangannya tentu berharap bahwa semuanya akan saling setia sampai selamanya. Namun, disetiap tahap perjalanan hubungan kemungkinan akan ada cobaan yang datang. Di antaranya tiba-tiba datanglah sosok yang begitu istimewa mendekati kita. Sosok yang seolah lebih baik dari cinta kita saat ini. Serasa menjanjikan kebahagiaan yang lebih ketika bersama dia. Padahal kita juga belum tentu akan bahagia atau tidak dengan dia. Kita jadi berfikir sendiri, mengapa hati ini tersilaukan akan kedatangan sosok itu. Padahal dalam hati ini kita ingin setia.
"Setia itu sederhana, kita tetap bertahan dengan cinta yang ada. Meski banyak yang lebih menggoda."
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, memang selalu ada yang lebih baik dan lebih baik lagi seiring perjalanan yang kita lalui. Kita akan bertemu dengan sosok-sosok yang lebih menawan dari pilihan kita, tidak ada habisnya jika kita harus menuruti ego untuk memiliki yang terbaik. Dunia ini seolah memang selalu berubah, kita sering kali berubah pandangan dengan definisi tentang seperti apa sosok yang terbaik. Seiring dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan baru yang hinggap dalam hati dan fikiran kita. Sosok yang terasa lebih baik mungkin bisa membuat kita terpana. Namun jika kita sudah berkomitmen untuk menjaga kesetiaan, tentulah itu bak angin sejuk yang berhembus sejenak saja.
"Setia itu sederhana, kita tetap ingin bersama dengan dia, meski banyak yang menawarkan hal yang lebih indah di depan sana."
Belum lagi jika sosok yang terasa lebih menawan itu berani menawarkan hal-hal yang lebih indah daripada sosok yang bersama kita sekarang. Jika komitmen kesetiaan sudah luntur, bisa hancur kepercayaan pada hati ini terhadap orang yang bersama kita sekarang. Kita bisa saja memilih yang lebih baik itu, namun pertanyaan sederhananya seperti ini. Jika di waktu yang akan datang tiba-tiba kita mengenal sosok yang lebih baik lagi. Lalu apakah kita akan berganti pasangan lagi? sampai berikutnya jika ada yang lebih baik lagi? apakah terus berganti-ganti lagi. Kita harus mengerti, yang lebih baik memang selalu ada. Namun orang yang dari awal mau bersama dengan kita dari nol itu hanya dia awalnya. Bukan orang lain yang baru datang, lalu menawarkan berbagai kebahagiaan.
"Tentang hati yang telah mempercayai kita, tentang seorang yang dari awal mencintai kita. Apakah kita tega meninggalkannya?".
Datangnya rayuan dari orang lain membuat kita menyadari bahwa hal itu memang sebuah tantangan dalam hubungan. Untuk menilai sebaik apa kita mau menjaga janji-janji kita. Tentang bagaimana kita mau menghargai seseorang yang selama ini mau bersama kita. Jika harus menuruti ego masing-masing, setiap orang tentu akan berlomba-lomba berganti-ganti pasangan dan saling memilih yang terbaik. Jika kita meninggalkan seseorang yang saat ini bersama kita, tega sekali kita memang rasanya. Tanpa salah tanpa apa, kita justru meninggalkannya karena adanya orang lain yang serasa lebih baik. Padahal kita tidak tahu benar, apakah memang dia itu lebih baik atau tidak.
"Berani mengikat hati dengan orang lain, maka harus berani bertanggung jawab untuk membahagiakannya."
Ini bukan tentang memilih mainan, atau memilih baju, atau memilih barang-barang yang lain. Barang yang sudah tidak ktia suka langsung diganti dengan yang baru, cinta bukanlah seperti itu. Jika memang dari awal kita tidak berniat serius, mengapa kita harus menjalin cinta. Mengapa kita mengikat janji suci tentang cinta. Maka dari itu, dari awal kita tentu harus berhati-hati mengikatkan hati dan hubungan. Cinta itu saling membahagiakan, bukan salah satunya saja. Dunia ini selalu berganti, jangan sampai menyesal meninggalkan orang lain jika suatu saat ternyata dirinya justru menjadi sosok yang begitu istimewa. Kita tidak pernah mengetahui apapun yang akan terjadi. Namun setidaknya kita harus berusaha tidak mengecewakan orang lain saat ini. Kita harus berusaha membuat orang lain bahagia dengan hadirnya kita.
"Indahnya rasa setia, siapapun yang datang menggoda. Sudahlah itu tidak ada artinya dibanding dia yang selama ini telah menyayangi kita."
0 Response to "Ketika Kesetiaan Diuji, Tat Kala Ada Yang Terasa Lebih Baik Menggoda Hati"
Post a Comment