Awalnya memang tak terbersit diriku untuk berjuang memilikimu. Dari awal mengenalmu, aku hanya merasa kau adalah sosok yang istimewa. Bahkan diri ini seolah tak punya keberanian untuk mendekatimu. Hal itu karena aku merasa takut dan khawatir bahwa orang yang hanya seperti aku ini tak ternilai spesial bagimu. Aku sadari aku bukanlah sosok yang punya banyak keistimewaan. Aku merasa tak ada apa-apanya dibandingkan orang lain. Hal itulah yang membuatku takut untuk mendekatimu, atau sekadar mengajak dirimu ngobrol untuk lebih lama.
"Lama-lama, aku menyadari bahwa ada rasa cemburu ketika aku melihatmu didekati orang lain."
Rasanya memang begitu aneh, aku yang selalu diam memendam perasaanku bahkan aku seolah yang selama ini menahan perasaanku itu menjadi cemburu terhadapmu. Cemburu saat dirimu didekati orang lain. Aku tak tahu kenapa aku rasakan itu, mungkin walau aku mencoba menahan perasaanku namun hati ini tak bisa berbohong bahwa aku memng mengharapkanmu. Aku pun menjadi takut jika diri ini menjadi patah hati nantinya. Aku khawatir cintaku akan bertepuk sebelah tangan saja. Aku khawatir justru nantinya aku akan kecewa. Namun harus bagaimana lagi, perasaan dalam hati ini tumbuh perlahan di hati ini kepadamu.
"Engkau tak seperti yang lain, sulit sekali untuk mendapatkan perhatianmu."
Aku akui bahwa diri ini pernah mencoba mendekati orang lain selain dirimu. Orang yang pernah aku dekati itu serasa tak membuatku cukup gentar. Aku lebih berani mendekatinya, tak seperti dirimu. Seseorang yang pernah aku dekati pun seolah menyambutku dengan senyum baik penuh respon. Namun mengapa dirimu rasanya sulit sekali, engkau begitu cuek dan seolah menanggapi dengan datar saja semua usahaku untuk lebih mengenal dan akrab denganmu. Engkau tidak seperti yang lain, engkau memang istimewa sekali. Aku pun merasa gelisah, namun seoalh ada rasa semangat tersendiri untuk mendapatkan perhatianmu.
"Engkau membuatku pernah maju mundur, namun akhirnya aku tetap yakinkan untuk berusaha dapatkanmu."
Aku pernah menyerah, selangkah demi selangkah mundur karena melihat banyak orang yang mendekatimu yang mereka seolah lebih baik dariku. Aku berfikir engkau akan memilih yang terbaik diantara mereka. Namun Akhirnya fikiranku salah, engkau tak memilih satu pun diantara mereka. Engkau ternyata selama ini hanya mengetes seberapa aku akan berjuang mendapatkan hatimu itu. Seberapa aku akan berjuang untuk membuatmu jadi jodohku.
"Aku bahagia, engkau akhirnya memberikan respon yang baik akan niatku untuk menjadikanmu jodohku."
Seiring waktu berjalan, aku pun akhirnya berani berterus terang akan perasaan yang selama ini aku rasa. Aku beranikan diri untuk mengatakan dengan jujur semua yang pernah aku rasakan. Saat aku dahulu khawatir, saat aku dahulu pernah maju mundur, saat aku dahulu sering cemburu dan sakit hati. Hingga saat aku yakinkan diri untuk tetap perjuangkanmu. Engkau pun dengan senyum sederhana berkata bahwa sebenarnya engkau sudah mengira dan mengetahui semua perjuanganku itu. Engkau hanya mengetes seberapa diriku mau berjuang mendapatkanmu. Dengan itu rasanya engkau memang benar-benar istimewa, engkau sungguh hati-hati untuk memilih pasangan.
"Kuyakinkan dirimu dengan meminta restu kepada kedua orang tuamu, agar cintaku memang mendapat kepastian menjadikanmu jodohku."
Hal yang begitu terasa membuatmuku merasa grogi adalah ketika menghadap kedua orang tuamu. Berterus terang dan meminta restu kepada kedua orang tuamu, bolehkah diriku untuk membuatmu menjadi pasangan hidupku dalam sebuah keluarga. Aku ingin jika memang cintaku tak direstui maka aku ikhlaskan saja, percuma jika tak mendapatkan doa restu orang tuamu. Alhamdulillah, niat baik selalu ada jalannya. Orang tuamu memberi lampu hijau untukku, memperbolehkanku serta memberi restu akan perasaan hatiku untuk menjadikanmu jodohku.
"Terima kasih untukmu, telah memberikan kesempatan bagiku untuk menjadi jodohmu. Aku Bahagia sekali."
0 Response to "Perjuangan Untuk Mendapatkamu Memang Luar Biasa, Karena Kamu Memang Istimewa"
Post a Comment