Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Begitupun diri kita, kita sangat jauh dari kata sempurna. Jangan merasa bahwa kita itu sungguh terlalu baik jika dibandingkan dengan orang lain. Sehingga sering mengumbar aib orang lain, menganggap mereka adalah pribadi yang bisa kita ceritakan semua keburukan-keburukannya. Jangan mengumbar aib orang lain, mungkin aib sendiri bagi diri kita lebih banyak. Namun saat ini aib kita masih ditutup rapat oleh Allah Ta’ala. Aib dan keburukan kita sungguh banyak, kita mungkin sering melupakannya atau bahkan malah tidak menyadarinya. Biasanya memang semut di seberang sungai lebih tampak, daripada gajah yang berada di pelupuk mata.
Setiap orang pernah berbuat kesalahan, kita juga pernah melakukannya. Janganlah diri ini sok suci dengan suka menghakimi, membully, mencela habis-habisan kesalahan orang lain. Orang lain pernah berbuat kesalahan, begitupun diri kita. Kita juga pernah berbuat kesalahan, kesalahan kita sudah tidak terhitung jumlahnya. Hal itu karena memang sudah sangat banyaknya, sehingga kita tidak pernah bisa menghitungnya. Lalu apakah diri ini tidak malu juga, saat malahan begitu hobby mencari kesalahan-kesalahan orang lain. Jika ada yang berbuat salah, lalu kita bully kita hina dan kita cemooh tanpa ampun. Seolah diri kita adalah orang yang begitu suci, sehingga beban mencela orang lain???
Bisa jadi kesalahan diri kita yang sangat banyak dan besar, namun kita mencoba menutup-nutupinya. Sedangkan kesalahan orang lain yang kecil malah kita besar-besarkan. Mungkinkah diri kita ini seperti sosok tersebut. Jika melihat kesalahan diri sendiri, maka diri kita justru sebisa mungkin menutupinya dengan sangat rapat. Namun jika melihat kesalahan orang lain yang begitu kecil, kita langung mencoba menguaknya dan bahkan malah membesar-besarkannya sejadi mungkin. Menjadikannya berita yang begitu hit dan seolah ingin kita jadikan tontoonan untuk orang banyak.
Jika Allah Ta’ala Maha Pengampun, kenapa diri ini seolah tidak ingin memaafkan kesalahan orang lain? Kita malah mengungkitnya, dengan memberi syarat, dengan banyak alasan. Kita tentu menyadari bahwa diri ini sering meminta ampunan kepada Allah Ta'ala. Kita berharap Allah dengan segala kasih sayangnya bersedia memberikan kita ampunan atas segala kesalahan kita. Namun di sisi lain mengapa ada orang yang ingin meminta maaf pada diri kita atas kesalahannya. Lalu kita memberikan syarat yang begitu berbelit-belit dan beraneka macam. Seolah jika tidak melakukan syarat tersebut maka dia tidak kita maafkan. Sebegitukah diri kita menyikapi kesalahan orang lain terhadap kita?
Setiap orang punya masa lalu, mungkin di antaranya ada yang sangat buruk sekali. Begitulah manusia, tidak ada yang benar-benar bersih masa lalunya. Kenapa kita sok suci? kenapa kita merasa telah selalu berbuat benar. Mereka yang berbuat kesalahan di masa lalu, karena memang mereka manusia biasa. Terpenting bukankah apa yang mereka coba lakukan sekarang, bukankah diri kita juga dulu pernah melakukan hal yang buruk di masa lalu. Kemudian kita merasa tenang tat kala kita sudah mencoba memperbaikinya sekarang. Seorang yang punya masa lalu buruk, tetap memiliki kesempatan menjadi orang baik ke depan. Setiap orang baik di masa sekarang, ia juga bisa terjatuh menjadi manusia yang buruk ke depan. Roda selalu berputar, semua hal bisa terjadi di dunia ini. Banyak hal yang bisa terjadi seiring waktu menuju hari-hari esok ke depan.
Kita hanya berusaha menjadi orang baik, berilah kesempatan pula kepada orang lain menjadi baik. Hargailah orang yang ingin berubah, setidaknya ia tidak ingin seperti masa lalunya lagi. Kita tentu harus menghargai orang yang mengubah dirinya menjadi lebih baik, biarkanlah ia ingin memperbaiki masa lalunya yang menurutnya kelam. Atau menurut kita begitu buruk. Setiap orang punya kesempatan di hari berikutnya, selagi Allah masih memberikan kesempatan waktu untuk menjalani hidupnya. Jika kita malah selalu menghardiknya saat ia mau berubah, mencemoohnya saat ia berusaha menjadi orang yang baik kembali. Sebenarnya apa yang salah pada dirinya yang ingin berubah, bukankah itu sebuah kebaikan?. Memberikan semangat saling menasehati menuju perbaikan itu justru lebih baik rasanya, bukan sebaliknya.
0 Response to "TIADA MANUSIA YANG SEMPURNA"
Post a Comment