Perempuan Dicoba Saat Laki-Laki Tidak Punya Apa-Apa, Laki-Laki Dicoba Saat Ia Punya Apa-Apa

Dalam membina sebuah hubungan cinta, tentu ada banyak cobaan yang datang menghampiri kita. Cobaan yang menjadi tantangan tersediri dalam menguji kebersamaan kita dengan pasangan kita. Apakah kita mampu melaluinya dengan baik, atau kita menjadi terperdaya dengan cobaan itu. Cobaan tentu begitu terasa saat kita sudah benar-benar bersama pasangan kita. Yaitu tatkala kita sudah membina sebuah keluarga. Walaupun sebelum masa pernikahan pun setiap orang bisa saja dicoba dengan kehidupan cintanya. Salah satunya adalah tentang materi yang dipunyai. Seorang perempuan yang mencintai akan dicobaa saat laki-lakinya tidak punya apa-apa. Sedangkan laki-laki dicoba saat ia merasa punya apa-apa.

Cinta itu memang harus dilakukan secara tulus, dirasakan secara ikhlas dan mau menerima pasangan kita apa adanya. Seorang perempuan akan begitu dicoba ketika sang laki-laki yang dicintainya tidak memiliki apa-apa. Apakah ia tetap mau mencintai seseorang jika ia tahu bahwa pasangannya itu tidak memiliki banyak materi. Apakah tetap mencintai jika pasangannya itu mungkin awalnya adalah orang yang berkategori kaya, namun kemudian tidak punya apa-apa. Apakah tetap mau bertahan dengan pasangannya itu. Tidak hanya bertahan dalam satu hubungan saja, namun juga tetap mau mencintainya dengan seperti biasa. Bahkan lebih mau menyemangati lelakinya itu untuk bisa bangkit lagi. Seolah mengatakan bahwa apapun yang terjadi, ia tetap akan mau bersamanya selalu. Selalu mendampinginya dalam suka dan duka.

Berikutnya adalah laki-laki yang justru sangat dicoba saat ia memiliki apa-apa. Saat ia mempunyai banyak materi yang bisa ia banggakan. Apakah laki-laki yang awalnya mungkin tidak mempunyai apa-apa, namun kemudian sukses. Lalu sifatnya justru berubah, ia menjadi terlalu membanggakan dirinya dengan tidak menghargai perempuannya. Apakah justru menjadi sosok yang nakal, mau menggoda perempuan lain saat kini ia sudah memiliki banyak modal untuk merayu. Atau sebaliknya, dengan bertambahnya materi dan kesuksesan maka ia lebih bisa mencintai perempuannya. Lebih mau membahagiakan pasangannya itu dengan lebih lagi. 

Memang materi bisa saja mengubah pribadi seseorang. Jika materi itu bertambah, seseorang yang awalnya bergitu sederhana menjadi mewah-mewahan. Seseorang yang awalnya selalu sabar, menjadi orang yang begitu gegabah.   Berikutnya jika materi itu berkurang, seseorang yang awalnya selalu dicintai bisa menjadi orang yang begitu diacuhkan. Seseorang yang awalnya begitu diberi perhatian, kemudian akhirnya teracuhkan. Seolah tidak ada harganya lagi. Memang materi bisa membuat seseorang benar-benar berubah. Namun justru dengan itu kita bisa menilai seberapa tulus dan ikhlasnya sesorang dalam mencintai. Apakah dengan bertambahnya materi ia bisa menjadi semakin sayang, atau justru menjadi sosok yang mencari perhatian lain. Apakah dengan berkurannya materi yang kita punya, maka ia akan tetap menyayangi dan selalu setia kepada kita. Begitu pun sebaliknya, apakah ia justru luntur sedikit demi sedikit cintanya.

Dari tentang materi, kita mungkin bisa berhati-hati dalam mencintai seseorang. Sebelum kita benar-benar akan memilihnya menjadi jodoh kita. Apakah benar-benar ia tulus mencintai kita. Apakah hanya karena faktor materi semata. Apakah ia memang orang yang benar mencintai kita dengan menerima apa adanya diri kita. Mungkin memang diri kita tidak bisa melihat karakter seseorang secara jelas. Kita tidak bisa melihat dan mengetahui isi hati secara terang-teranngan. Namun kita bisa mengira-ngiranya dari perbuatan, tindakan, dan responnya selama ini terhadap kita. Apakah unsur materi selalu mempengaruhi perhatian dan tingkahnya kepada kita. Kita sebagai manusia memang hanya bisa berusaha, berusaha menemukan sosok yang bisa mencintai kita dengan tulus. Mau menyayangi kita dalam kondisi apapun, dalam suka maupun duka. 

Tweet