Sepenggal kisah tentang cinta yang begitu rapi terpendam. Ketika diri kita mencintai seseorang dengan begitu lama namun si dia tidak menyadarinya. Rasanya aneh juga, mengapa diri kita mampu menyimpan rasa dengan begitu lama. Memendamnya, menahannya dan masih setia menyimpannya dalam hati entah sampai kapan adanya. Mungkin sampai akhirnya dia memberikan respon positif dengan beberapa kode-kode bahwa dia juga mengharapkan kita. Mungkin juga sampai akhirnya kita memberanikan diri untuk berkata, bahwa kita menginginkannya menjadi jodoh kita.
"Tak melihatmu aku rindu, bersamamu aku sering menahan perasaanku."
Cinta yang diam, diam karena kita tidak ingin memberitahu padanya bahwa kita mencitai dia. Kita hanya mencintai tanpa memaksa hati untuk mengungkapkannya segera. Berharap dia nantinya akan tahu dengan begitu saja. Ada rasa malu dan sungkan untuk mengungkapkan, padahal memang sering kali ada kesempatan. Mungkin saja diri ini tidak ingin terlihat main-main, tidak ingin dibilang seorang perayu untuk mendapatkan cinta. Sepertinya cinta yang terasa memang tulus adanya, terasa perlahan tumbuh namun tidak ingin banyak diketahui orang.
"Kucoba berikan perhatian, adakah respon terhadapnya. Kucoba sedikit percikan tanda rasa sukaku, berharap kau tak marah adanya."
Entah memang dirinya yang tidak peka, atau diri kita yang hanya seolah bercanda. Si dia tetap biasa saja, tetap tersenyum seperti biasa. Seolah memang tidak ada yang istimewa. Tetap menjadi teman yang biasa, kita tetap berada diposisi yang sama. Kita hanya sering bertanya, andai si dia tahu perasaan kita. Maka apakah dia akan suka, apakah si dia tertarik juga untuk mencintai kita. Andai dia tahu bahwa kita mengharapkan dia jadi jodoh kita. Apakah dia dengan senang hati menerimanya. Kini mungkin kita masih dilanda rasa khawatir, khawatir bahwa apa yang kita rasa itu tidak akan mendapat respon baik darinya.
"Lama berteman denganmu, kenapa engkau seolah tidak pernah tahu perasaanku."
Rasanya terkadang sebal juga, kita sering bersama dirinya. Namun ia seolah tidak pernah mengerti apa yang kita rasa. Rasanya kadang berpikir, mungkinkah diri kita hanya pantas dijadikan teman atau memang salah kita yang tidak pernah mengatakannya. Kita hanya mungkin masih menunggu, bukan karena tidak berani berkata cinta. Kita menunggu bahwa si dia juga merasakan hal yang sama. Sama-sama mengharapkan kita jadi jodohnya. Jika hanya sekadar bilang cinta, niscaya itu bisa saja. Namun memahami apakah si dia mencintai kita atau tidak, itu yang jadi poin terpentingnya. Sebuah pasangan tentu akan bahagia jika keduanya saling mencintai, bukan salah satu diantaranya saja yang mencintai.
"Masih tetap sabar menunggu, hingga ada jawaban dan tanda engkau juga mencintaiku. Hingga cinta sudah cukup rasanya untuk dipendam, waktunya diungkapkan."
Mengungkapkan cinta dengan sebuah tujuan. Tidak hanya sekadar cinta-cintaan, ada tujuan pasti ketika seseorang benar-benar mencintai. Tidak hanya sekadar pacaran, namun ada kata istimewa yang harus terpikirkan. Kata yang menjadi jalan kebahagiaan, yaitu berawal dari kata lamaran hingga kata pernikahan. Mengharapkannya dalam diam tidak hanya soal cinta, namun memang untuk bisa bersamanya dan akhirnya menjadi jodohnya. Lamaran dengannya, menikah bahagia bersama dia. Hingga pada suatu saat, diri kita akan bertanya kepadanya dengan gemas.
"Mengapa baru sekarang engkau tahu, bahwa diriku selama ini telah mencintaimu dan mengharapkanmu? kenapa tidak dari dulu?."
"Mengapa baru sekarang engkau tahu, bahwa diriku selama ini telah mencintaimu dan mengharapkanmu? kenapa tidak dari dulu?."
Saat itu terjadi, mungkin saja jawabannya hanya sebuah senyuman.
0 Response to "Mengapa Engkau Tidak Pernah Tahu Jika Selama Ini Diriku Mengharapkanmu Jadi Jodohku"
Post a Comment