Image Source : pixabay.com |
"Tatkala cinta telah tersambut, memang terkadang kita harus menunggu untuk bisa segera bersama."
Alangkah bahagianya hati, jika perasaan yang ada di hati tentang seseorang tertanda mendapat respon baik dari dirinya. Betapa bahagia hati dan terasa begitu lega. Diri ini menjadi orang yang merasa teramat beruntung karena adanya lampu hijau untuk bisa bersamanya. Apalagi saat kedua orang tuanya membukakan pintu untuk diri kita. Rasanya jalan untuk bersanding dengannya akan segera tiba juga. Setelah sekian lama mencari, setelah sekian lama berharap dan setelah sekian lama berdoa. Cinta itu menjadi nyata untuk dihalalkan menjadi keluarga. Walau tidak serta merta untuk bersegera, ada kalanya memikirkan waktu yang tepat untuk mengeksekusi bagian ujungnya. Terkadang entah si dia atau kita yang memang belum siap adanya, atau orang tua kita dan orang tuanya. Maka tetap sabar untuk beberapa waktu itu rasanya tidak apa.
"Lamanya waktu bersanding entah itu kapan, untuk bisa menikmati waktu yang ada memang tidak harus menganggap itu sebuah beban."
Kita bisa merencanakan, namun memang Allah Ta'ala lah yang akan menentukan. Kita bisa menghitung banyak hari, namun pada akhirnya kita harus pasrah dengan Sang Penentu Takdir untuk diri ini. Jika memang diri kita diharuskan menunggu, maka memang harus sabar untuk menunggu. Setiap orang punya alasan tersendiri mengapa dirinya tidak ingin bersegera. Tentu diri kita tidak bijak rasanya jika mementingkan keinginan sendiri dengan begitu egoisnya. Memaksa seseorang untuk sesegera mungkin mau jadi jodoh kita. Memaksa keluarganya untuk menyerahkannya kepada kita.
"Ada kalanya diri kita harus sabar menanti, sambil diri ini terus mempersiapkan diri."
Waktu penantian itu bukanlah waktu yang harus kita isi dengan keluhan-keluhan yang membosankan. Menggerutu dan bergalau resah karena diharuskan untuk bersabar menanti. Mungkin diri kita bisa saja bersedia mempersiapkan diri. Menikah itu bukan hanya tentang ijab qobul dan berfoto-foto mesra di depan pelaminan. Semua itu hanya awalnya, semua itu hanya seremonial di hari pernikahan saja. Selanjutnya kita akan bersama dia yang kita cinta untuk selaman-lamanya. Acara hari-hari berikutnya bukan sekadar tentang foto-foto mesra bersama dirinya. Tidak hanya bermanis manja untuk meminta cinta darinya.
"Tidak lain memang diri ini harus selalu sabar, tetap menjalani kebaperan hati yang sering terasa dengan tegar."
Baper itu memang sering terasa, apalagi melihat banyak teman yang sudah bisa menikah dengan pasangannya. Baper itu adalah hal yang wajar, siapa sih yang tidak ingin mendapatkan cinta yang halal untuk dirinya. Bisa bersama seseorang tanpa ada batasan waktu. Bisa merayu seseorang di setiap waktu. Bisa melihat senyum orang yang kita cintai setiap bangun pagi. Pastilah saat ini banyak terbayang sesuatu yang indah-indah tentang menikah. Namun baperlah dengan sewajarnya, jangan kebaperan yang ada menjadikan kita terus memaksa seseorang untuk sesegera mungkin bersama kita.
"Semoga entah kapan waktunya, kita bisa lancar dalam bersanding nantinya."
Tidak lain diri ini tentu mengharapkan kelancaran dalam menikah. Lancar memperjuangkan seseorang, lancar mendapatkan seseorang, lancar untuk menuju pelaminan bersama dirinya. Pokoknya serba lancar untuk mengurus semua tentang pernak-pernik menikah. Kita sebagai manusia memang wajib berusaha. Selain itu jangan pernah sombong dengan tidak pernah berdoa. Berdoalah selalu, walau mungkin diri kita yang sekarang seolah mengejar seseorang dengan penuh kemudahan. Semua itu adalah anugerah dari Sang Pengatur Cinta, berdoalah sebagai wujud syukur atas semua pencapaian cinta yang telah kita dapatkan hingga hari ini. Agar kelancaran selalu diberikan hingga kita bersanding di pelaminan bersama sosok yang kita harapkan.
0 Response to "Bersabar Untuk Menunggu Waktu Bersanding Denganmu"
Post a Comment