"Rasanya memang mak jleb, ketemu seseorang eh langsung ditanya kapan nikah. Kenapa juga nggak tanya yang lain aja."
Mungkin bagi kita yang sudah berusia 20an tahun. Entah lebih atau entah mendekati, biasanya sudah ada yang mulai bertanya tentang kapan mau nikah. Mungkin saja setelah kita usai menyelesaikan masa belajar, orang lain berpikiran bahwa kita sudah waktunya menikah. Bisa pula ketika kita sudah dianggap memiliki pekerjaan, maka dari itu mereka jadi memikirkan bahwa kita sudah pantas dapatkan gandengn. Sudah waktunya menggandeng seseorang untuk diajak ke pelaminan. Hingga memang tidak sendiri lagi dalam menikmati masa lajang.
"Terkadang sebel juga rasanya, ditanya nikah-nikah melulu. Emang rasanya mereka itu seperti punya hobi baru untuk menanyai kita seperti itu."
Siapa yang tidak sebal, walau sebal itu tidak begitu masuk dalam hati kita terlalu dalam. Rasa sebal walau hanya sesaat saja. Ditanya nikah, ditanya kapan nyebar undangan. Apalagi saat ditanya seperti itu kita belum mempunyai calon siapapun. Kita belum mempunyai sosok calon untuk menemani kita di pelaminan. Terkadang ingin menjawab pertanyaan itu dengan candaan mengapa tidak mereka carikan saja untuk kita calonnya. Mungkin diri kita hanya menutupi kebaperan dengan menanya balik dengan pertanyaan yang aneh-aneh pula.
"Mungkin memang kita sudah cukup umur kali ya. Hingga ditanya terus tentang kapan nikah. Apkah kita mereka pandang bahwa kita sudah pantas untuk menikah."
Tidak ada asap jika tidak ada api. Tidak ada sesuatu yang basah jika tidak ada zat cair. Memang sesuatu itu ada penyebabnya. Mungkin saja memang usia kita yang dianggap sudah cukup untuk menikah. Mungkin saja memang rata-rata di lingkungan kita itu terbiasa menikah pada saat seumuran kita. Jadi ya wajar saja ketika mereka menanyakan hal yang demikian. Kita sudah terlihat pantas menikah dari segi umur kita. Apalagi bagi kita yang terlihat lebih dewasa daripada usia kita yang sebenarnya. Mungkin kita sendiri yang masih berpikiran bahwa kita masih dalam fase yang begitu imut-imutnya. Masih anak-anak yang belum waktunya menikah.
"Mungkin ada yang kurang, saat orang lain melihat kita tanpa ada yang digandeng. Padahal yang lain sudah pada gandengan."
Kita tentu tidak bisa selalu menebak pemikiran orang lain. Hal itu karena kita tidak pernah bisa menjadi orang lain. Mungkin saja saat teman-teman kita melihat kita, mereka merasa ada yang kurang. Kurang dalam adanya sosok yang menemani kita, orang yang berada di samping kita untuk menggandeng tangan kita. Kita seolah akan lebih tampak sedap dipandang saat sudah ada seseorang yang menyelipkan sela-sela jarinya diantara jari-jari kita. Padahal tanpa mereka tanya pun, sebenarnya diri kita punya harapan bahwa suatu saat tangan ini ada yang menggandengnya.
"Orang lain memang sengaja bertanya seperti itu. Agar kita baper, agar kita mikirin nikah juga."
Teman-teman kita yang sengaja bertanya seperti itu, mungkinlah mereka sengaja membuat diri kita baper. Membuat diri kita tersenyum malu-malu kucing. Hal itu karena pada saat itu kita belum mempunyai pasangan. Sengaja membuat diri kita baper agar kita memikirkan mencari pasangan. Baper untuk segera punya pasangan pula seperti yang lain. Agar segera mencari atau menyambut orang yang mengajak kita menikah. Agar selamanya tidak sendiri, agar menyudahi status lajang dimiliki. Agar berani mengikat janji suci bersama seseorang.
"Orang lain sengaja menyindir-nyindir sambil senyum-senyum, mungkin saja agar kita tidak menikmati kejombloan ini dengan semakin lama."
Menjomblo itu memang baik, saat kita bisa menikmatinya. Agar kita bisa lebih fokus dalam melakukan sesuatu. Namun saat kita menjomblo untuk sekian lamanya, saat kita tidak kunjung memberi tanda-tanda akan menikah. Mungkin saja teman kita jadi suka menyindir-nyindir soal nikah. Mungkin saja sudah waktunya menikah, usia yang sudah cukup dan pekerjaan yang sudah ada. Lalu menunggu kapan lagi waktunya. Mereka ingin agar kita tidak terlalu menikmati kejombloan ini terlalu lama. Suatu hal yang makin buat diri kita baper lagi adalah, ketika sebenarnya diri kita sudah mengiyakan perkataan mereka. Kita sudah ingin menikah juga, namun ternyata si jodoh belum datang juga.
0 Response to "Kenapa Kamu Ditanya Kapan Nikah, Hehehe Mungkin Saja Memang Kamu Yang Sudah Waktunya Nikah"
Post a Comment