1. Menjaga Bicara Itu Sangat Penting, Sesuatu Yang Menurut Kita Benar Namun Seseorang Bisa Saja Mencari-Cari Salahnya Kita.
Apa yang diucapkan oleh Pak Basuki Cahaya Purnama Alias Ahok, entah benar entah salah memang sejatinya hanya Tuhan yang maha mengetahuinya. Namun pada intinya dalam kasus yang membuat Indonesia heboh ini, kita dapat mengerti bahwa kalimat yang terucapkan oleh lidah kita itu sangatlah berharga. Kita harus selalu berusaha menjaganya, mengontrolnya sebisa kita. Membiasakan diri berkata baik, bisa jadi bisa membuat kita meminimalkan bahasa-basaha yang tidak baik. Sebaliknya, jika kita sering berkata tidak baik. Niscaya lidah dan mulut kita bisa terbiasa mengatakan hal yang tidak baik. Walaupun hal itu terkadang tidak terjadi seara sengaja.
2. Jika Kita Fanatik Berlebihan, Bisa Jadi Kita Malah Selalu Menolak Sudut Pandang Lain. Karena Kita Selalu Merasa Benar.
Kita bisa melihat apa yang kini tengah terjadi di masyarakat. Entah sedikit atau banyak, ada dari teman kita, tetangga kita, bahkan sahabat kita sendiri yang memang mempunyai fanatik yang berlebihan. Mengidolakan seseorang itu memang hak setiap orang, namun jika dilakukan secara berlebihan niscaya kita malah tidak mau menerima sudut pandang orang lain yang tidak sependapat dengan kita. Bisa jadi sering kali malahan membuat kita rasanya ingin berkelahi atau berkonflik dengan orang yang tak sependapat. Hidup ini memang penuh sudut pandang, jika kita menganggap bahwa diri kita adalah yang paling benar maka mungkin saja kebenaran yang utuh justru tidak kita dapatkan.
3. Saat Kita Sudah Memandang Dengan Kaca Mata Yang Kotor, Maka Apapun Yang Kita Lihat Akan Menjadi Kotor.
Pastilah diri kita sering melihat di berbagai postingan di dunia maya yang seolah memandang kubu lain itu tidak baik. Pendukung yang pro Ahok itu begini, dan pendukung yang kontra ahok itu begini. Lalu jika ada orang yang tidak sepemahaman dengan kita, malahan kita menjadi selalu berpikiran negatif tentangnya. Lihat wajahnya saja langsung punya pendapat-pendapat negatif, walau mungkin ia belum berkata apapun. Begitulah nyatanya jika kita sudah memandang orang lain dengan kaca mata yang kotor, apapun yang kita lihat bisa menjadi kotor.
4. Benar Dan Salah, Sejatinya Memang Adalah Hanya Tuhan Yang Maha Tahu. Namun Diantara Orang Yang Salah Itu Adalah Mereka Yang Menghujat Orang Lain Yang Tak Sependapat Dengan Mereka.
Rasanya sering kali sedih sekali, jika melihat sesama warga Indonesia itu saling menghujat sana-sini. Saling melontarkan komentar penuh kebencian. Hingga seringkali tidak lagi berdasarkan fakta yang ada, lalu mengarang bebas dengan penuh rekayasa. Bahkan sering kali mengeluarkan kata-kata yang penuh dengan kamus kebun binatang. Rasanya miris sekali, entah apa yang mereka pikirkan. Serasa mereka hanya akan mendapatkan kesenangan sesaat ketika lawannya tak berkomentar lagi. Namun suatu saat semua itu akan ditanyakan kembali kepada kita, bukan lagi oleh manusia. Namun oleh sang pencipta kita, Allah Ta'ala.
5. Terkadang Masalah Itu Seperti Sebuah Api Lilin, Namun Karena Ditiupkan Ke Sampah-Sampah Kering. Jadinya Apinya Cepat Membara.
Hal ini yang sering terjadi di masyarakat saat ini. Sering kali masyarakat mudah sekali digiring dengan percikan isu kecil, lalu akhirnya menjadi isu besar. Masalah-masalah yang sudah selesai terpecahkan lalu ingin disulut kembali, seseorang yang menyulutkan api itu sebenarnya hanya dengan api yang kecil. Namun sejatinya apakah memang diri kita termasuk sampah-sampah kering yang mudah tersulut terbakar api. Mudah membara membuat api itu semakin besar. Apakah kita adalah sampah-sampah kering, mudah ditiup kesana kemari. Lalu yang paling parah adalah bahwa sampah kering itu mudah sekali diinjak-injak, hingga akhirnya merekalah yang akhirnya terbuang.
6. Indonesia Tidak Akan Maju, Jika Kita Selalu Menyalahkan Orang Atau Kelompok Yang Tak Sependapat Dengan Kita. Lalu Kita Malah Memproklamasikan Bahwa Kelompok Kita Yang Paling Benar.
Negeri ini adalah negeri yang dibangun dengan berbagai macam golongan, berbagai macam suku, ras, budaya dan agama. Bahkan sekarang ini sudah sangat banyak sekali kelompok yang berdiri dengan beraneka macam dasarnya. Keberagaman itu memang bisa suatu yang baik, jika memang digunakan dalam bingkai persatuan. Namun jika diri kita atau kelompok kita sangat hobi sekali menyenggol sana menyenggol sini, selalu merasa bahwa diri kita yang paling benar. Maka yang ada hanyalah sebuah perpecahan dan saling klaim kebenaran. Jika salah satunya tidak tumbang, bisa jadi keduanya akan tumbang semua. Hal itu karena orang yang berkelahi, siapapun pemenangnya maka dia akan terluka.
7. Saling Hujat Di Dunia Nyata Maupun Di Dunia Maya Tidak Akan Menyelesaikan Masalah, Justru Membuat Harga Diri Mereka Semakin Rendah.
Kita bisa melihat seseorang yang begitu fanatik, jika ada postingan yang menyudutkan kelompok lain maka dia akan selalu setia mengkompor-komporinya. Sekalipun hal itu bukanlah sesuatu yang baik untuk disebarkan. Lalu kita bisa melihat pula, diantara orang-orang yang bodoh adalah mereka yang saling hujat dan saling mentertawakan kelompok lain. Kita pun bisa menyadari sendiri, dari semenjak kasus Pak Ahok bergulir. Siapa yang akhirnya menampakan sisi rendahnya, lalu siapa yang masih punya wibawa. Banyak pendukung yang saling hujat dan saling hina, hal itu begitu memiriskan. Sebuah cerminan buruk sebuah kefanatikan yang tidak punya harga diri. Saat kita telah menghina orang lain, sekalipun orang yang kita hina itu memang salah. Hal itu tidak akan membuat harga diri kita menjadi tinggi, sebaliknya malah membuat diri kita menjadi hina juga.
0 Response to "7 Pelajaran Berharga Yang Bisa Kita Ambil Dari Kasus Ahok "
Post a Comment