image : pixabay.com |
Mungkin engkau pernah menemui, seorang lelaki yang begitu ganteng yang menggandeng pasangannya yang nampak biasa saja parasnya. Bisa juga seorang yang begitu cantik, namun memilih seorang laki-laki yang bertampang pas-pasan.
Kita rasanya boleh menilai seseorang tentang pasangan yang bersamanya. Kita bisa banyak berkomentar dengan pilihan orang. Orang yang berparas rupawan dengan pasangannya yang biasa saja. Namun sejatinya hal itu terserah mereka, mau memilih siapa mau memilih yang mana. Cantik dan ganteng itu hanya ukuran mata, sedangkan cinta itu masalah rasa. Jika hatinya sudah memilih dengan siapapun pilihannya, maka bentuk-bentuk rupa yang biasa saja pun akan terasa istimewa baginya. Kalau diri kita berkomentar seolah si A tidak pantas dengan si B hanya karena paras fisik saja. Maka tentu pendapat kita tidak akan bertahan lama, karena fisik tubuh ini juga sebentar lagi akan mengeriput dan menua. Seseorang yang awalnya begitu cantik dan ganteng, nanti juga akan sama-sama menjadi wajah penuh keriput juga.
Ketertarikan cinta tidak bisa diartikan sebagai rasa yang didasarkan pada tampilan fisik saja. Walau memang semua yang terlihat sering kali berawal dari pandangan mata.
Mata memang sebagai alat indra yang pertama kali bisa menilai seseorang dari tampilannya. Mata memang memberikan kesan pertama saat kita bertemu dengan seseorang. Namun beberapa saat berlalu, tidak hanya mata yang berperan dalam menimbulkan ketertarikan hati. Rasa nyaman, rasa tenang, rasa bangga, rasa kagum dan rasa-rasa yang lain akan tumbuh dengan sendirinya. Perasaan yang membuat kita bisa mencintai seseorang, tidak hanya tertarik dengan suguhan paras wajah dan tubuh semata. Akhirnya hati pun memilih kemana ia akan mencintai. Kepada siapa ia akan memberikan rasa cinta yang ada.
Bagaimanapun awalnya, cinta itu akan terasa di hati. Jadi hati yang akan memilih, siapa yang terasa nyaman untuk mengisi ruang dalam hati.
Hubungan-hubungan cinta yang gagal, bisa terjadi saat perasaan yang katanya dibilang cinta ternyata adalah ketertarikan fisik semata. Tidak adanya rasa nyaman dan berbagai perlakuan yang diberikan akhirnya memberi jawaban pada hati kita. Bahwa bukan seperti ini pasangan yang kita harapkan. Tidak hanya kesenangan mata saat melihatnya dengan paras rupawannya. Saat kita sudah mengerti untuk bahagia dengan seseorang itu memang dibutuhkan sebuah kepribadian yang membuat diri kita nyaman dan bahagia. Entah ia seperti apapun tampilan fisiknya, entah kulitnya hitam, coklat maupun putih. Entah hidungnya mancung, pesek atau sangat pesek. Entah dia bertampang manis, pas-pasan, atau sangat rupawan. Bukanlah sekadar tentang ukuran itu, namun bagaimana seseorang itu bisa membahagiakan kita dengan segenap perilaku dan sikapnya kepada kita.
Tidak apa rasanya tidak memiliki pasangan yang begitu rupawan, terpenting dengan bersamanya diri kita merasa nyaman.
Jika memang diri kita sekarang ini memiliki pasangan yang nampak biasa saja bagi orang lain, namun bagi kita ia adalah sosok yang istimewa. Terpenting dia nyaman bagi kita, tidak hanya urusan wajah dan fisik saja. Bahagia bersamanya tidak sekadar menuruti komenta dan ocehan orang lain. Kita yang telah memilihnya, hati kita yang merasakan cinta padanya. Kita sendiri yang lebih mengerti tentang betapa bahagianya kita bersama pasangan kita. Walaupun diri kita bisa juga mendengarkan saran dari orang lain, tidak serta merta menutup telinga. Bagaimana jika ada saran dan masukan, jika itu baik maka mengapa tidak untuk dilakukan. Sederhananya memaknainya dari sudut pandang positif, agar bersamanya bisa selalu bahagia. Agar bersama orang yang kita cinta, kita bisa mengusahakan kebaikan dan kebahagiaan. Jika masih saja ada orang yang berkomentar tentang paras wajah dan fisik, ya terserah mereka. Inilah hidup kita, cinta yang kita rasakan itu tentang hati. Bukan tentang tampilan fisik apalagi mengejar gengsi.
0 Response to "Cinta Itu Masalah Rasa Dan Hati, Jangan Berpikir Seseorang Hanya Mencintai Karena Fisik Semata"
Post a Comment