image : http://thoughtware.com/ |
Sering kali kita mendebatkan perbuatan orang lain, apakah hal yang dilakukannya itu benar atau salah. Apakah perbuatan yang dilakukannya itu baik atau tidak baik. Bahkan memang kita sendiri yang selalu mencari pembenaran terhadap apa yang kita lakukan. Lalu kita sering mengatakan dengan sangat percaya diri yang kurang lebih intinya seperti ini,
"Ini terserah diriku, kebenaran juga bukan milik manusia. hanya Tuhanlah yang maha mengerti benar dan salahnya."
Kita semua memang sudah menyadari bahwa kebenaran itu adalah milik Allah Ta'ala. Ialah yang menciptakan kehidupan ini dengan segala isinya. Serta Ia-lah yang telah menciptakan aturan-aturan didalamnya. Namun sering kali manusia itu suka membuat aturannya sendiri, kita malah mengesampingkan semua aturan yang telah Allah berikan kepada kita. Ada kalanya kita itu seperti sekelompok orang yang sedang dalam perjalanan dari desa A ke desa B. Semuanya mempunyai tujuan yang sama untuk mencapai desa B. Namun karena banyaknya jalan menuju desa B, semuanya memilih jalan mereka masing-masing. Hampir semuanya berpendapat,
"Entah jalan yang kita pilih berbeda atau sama, bukankah kita sedang menuju suatu tempat yang sama? nanti siapa yang paling cepat dan paling tepat sampai itu tidak ada yang tahu."
Sepertinya alasan yang seperti diatas memang benar adanya. Semuanya sedang menuju tempat yang sama walaupun dengan cara yang berbeda. Namun beda halnya jika ternyata sekelompok orang itu telah diberikan sebuah buku petunjuk untuk menuju desa B. Kapan mereka harus berbelok, kapan mereka harus lurus, kapan mereka harus istirahat serta bagaimana cara mereka menghadapi setiap rintangan. Tentu cara terbaik adalah dengan cara mengikuti buku petunjuk itu, bukan malah membuat buku petunjuk sendiri karena merasa telah berpengalaman dalam mengarungi perjalanan. Tujuannya memang sama, namun jika salah jalan tentu maka diri kita akan tersesat bahkan mungkin akan tumbang di tengah perjalanan.
Mungkin sekarang yang jadi masalah bagi kita adalah dimana berbagai kelompok dan golongan masyarakat di sekitar kita yang saling mengaku yang paling benar, saling klaim kebenaran tentang jalan yang dipilihnya. Dengan berbagai pendapat dan argumen yang begitu kuat, ambil dalil sana ambil dalil sini. Bisa jadi kita menjadi kebingungan untuk menyikapinya. Salah satu cara bagi kita untuk menyikapinya adalah dengan mempunyai seorang guru atau pembimbing yang bijak, entah itu satu atau hingga beberapa guru. Kita butuh panutan yang bijak dengan berbagai sifat terbukanya. Kita juga harus terbuka dengan berbagai sudut pandang orang lain. Bisa juga kita itu benar, namun orang lain juga benar. Kebenaran yang sekarang sudah berkeping-keping terpecah, jadi harus saling menyatukan. Bisa jadi seperti kisah sekelompok orang yang menuju desa B di atas, buku petunjuknya sudah diperebutkan dan akhirnya robek menjadi beberapa bagian. Sekecil apapun bagian yang hilang, tentu hal itu sangat penting untuk melengkapi sebuah kebenaran untuk mencapai desa B.
Keterbukaan terhadap berbagai sudut pandang memang penting, hal itu demi masuknya informasi ke dalam diri kita. Namun juga kita harus mampu menyaring semua informasi itu. Jalan kebenaran tentunya akan membuat hidup kita damai di bumi ini, bukan yang mengajarkan saling bermusuhan, bukan yang saling berkonflik dengan kelompok lain, bukan pula yang selalu menyulut pertikaian. Allah menciptakan aturan-aturan untuk membuat hidup kita bisa berdampingan dengan damai. Jika yang diajarkan sebuah kelompok itu tak mengajarkan kedamaian, entah jalan apa yang telah ia pilih. Alllah itu Tuhan yang maha pengasih dan penyayang, tentu ajaran-Nya akan penuh dengan kasih sayang.
0 Response to "Kebenaran Itu Memang Hanya Milik Allah, Namun Ia Juga Telah Memberitahukan Patokan-Patokannya Kepada Manusia"
Post a Comment