"Pernahkan kita mencintai seseorang, awalnya begitu indah. Namun semuanya berubah, saat ada orang yang ternyata lebih ia harapkan"
Rasa cinta itu memang terasa indah di hati. Apalagi saat di awal-awal kita merasa jatuh hati kepada seseorang. Awal-awal dimana kita mulai merasakan tumbuhnya perasaan untuk bisa sekadar bersamanya, melihatnya, atau mendengar tutur sapanya. Hingga lambat laun kita berusaha untuk semakin akrab dengannya. Mencoba memberikan banyak perhatian dan kepedulian, diantaranya untuk memastikan apakah dirinya juga menyimpan rasa kepada kita. Hal itu kita lakukan, supaya nanti bisa kapan kita akan memilih memberikan keseriusan padanya. Namun apalah yang terjadi, di sela-sela perjuangan yang kita lakukan ternyata datang sosok yang lain di hidupnya. Sosok yang terasa lebih bisa membuatnya tersenyum, sosok yang terasa lebih ia harapkan untuk dijadikan jodohnya.
"Pernahkan kita berusaha merelakan seseorang untuk bersama orang lain. Berhenti memperjuangkannya, karena kita merasa dia akan lebih bahagia dengan orang lain itu."
Sedih memang rasanya, rasa sedih yang kadang berbalut dengan kekecewaan. Entah kita merasakan kekecewaan itu pada siapa, pada dirinya, pada diri kita, atau pada sosok yang baru datang di hidupnya itu. Kita sadar pula, tentu diri kita tidak bisa melarang orang lain untuk ikut memperjuangkannya pula. Kecuali orang tersebut mendekatinya dengan cara yang salah dan malah merugikan kita dengan cara yang tidak baik pula. Kita mengerti, bahwa memang setiap orang berhak mendapatkan jodoh orang yang mereka harapkan. Seperti halnya diri kita yang pernah mengharapkan dirinya.
Sedih memang rasanya, rasa sedih yang kadang berbalut dengan kekecewaan. Entah kita merasakan kekecewaan itu pada siapa, pada dirinya, pada diri kita, atau pada sosok yang baru datang di hidupnya itu. Kita sadar pula, tentu diri kita tidak bisa melarang orang lain untuk ikut memperjuangkannya pula. Kecuali orang tersebut mendekatinya dengan cara yang salah dan malah merugikan kita dengan cara yang tidak baik pula. Kita mengerti, bahwa memang setiap orang berhak mendapatkan jodoh orang yang mereka harapkan. Seperti halnya diri kita yang pernah mengharapkan dirinya.
"Suatu hari mungkin ia akan bertanya, mengapa engkau sekarang berubah? tidak seperhatian dulu? tidak seakrab dahulu?"
Pada suatu hari mungkin saja sosok yang kita harapakan akan menyadari pula tentang sifat dan perilaku yang mulai berubah. Kita yang mulai mundur untuk tidak terlalu mengharapkannya lagi. Ia tentu akan merasa kehilangan akan semua tingkah dan perhatian yang selama ini kita lakukan. Namun harus bagaimana lagi, saat kita sudah berusaha merelakannya. Kita sudah tidak ingin terlalu berharap, khawatir nantinya akan terlalu jatuh jika akhirnya ia malah memilih orang lain. Biarlah sakit, sedih, kecewa dan berbagai perasaan itu terasa saat ini. Daripada terlalu sakit hati saat ditinggalkan dirinya saat sudah sangat sayang-sayangnya dan sangat berharap jadi jodohnya.
"Kita berpikir, cinta itu bukan tentang memaksakan hati orang lain untuk mencintai kita. Cinta itu bukan tentang menghalang-halangi orang lain untuk memberikan hatinya kepada siapa."
Hal ini tentang kesadaran diri untuk tidak terlanjur merasakan kekecewaan hati. Kesadaran bahwa untuk memiliki seseorang itu tidak harus mengharapkannya secara buta. Tidak terlalu mengharapkan seseorang yang ternyata lebih mengharapkan orang lain. Walau memang kita tidak pernah tahu isi hati orang yang kita cintai itu seperti apa. Apakah dia ternyata lebih mencintai kita atau orang lain itu. Kita hanya bisa sedikit menyimpulkan dari semua perbuatan, semua tingkah, semua perhatian dirinya. Membandingkannya yang diberikan kepada kita dan kepada orang lain itu. Tentu setidaknya ada sedikit gambaran, bagaimana kita bisa menilainya. Hal itulah yang membuat diri kita akan terus berjuang, atau mencukupkan perasaan kita cukup sampai disini saja.
"Asal kau bahagia, aku bukan menyerah memperjuangkanmu. Aku hanya merasa engkau akan lebih bahagia jika berjodoh dengannya. Walau tentu hati ini tetap bersedih merasakannya. Namun aku akan tetap tegar merelakan dirimu bahagia dengan dirinya."
Hal ini tentang kesadaran diri untuk tidak terlanjur merasakan kekecewaan hati. Kesadaran bahwa untuk memiliki seseorang itu tidak harus mengharapkannya secara buta. Tidak terlalu mengharapkan seseorang yang ternyata lebih mengharapkan orang lain. Walau memang kita tidak pernah tahu isi hati orang yang kita cintai itu seperti apa. Apakah dia ternyata lebih mencintai kita atau orang lain itu. Kita hanya bisa sedikit menyimpulkan dari semua perbuatan, semua tingkah, semua perhatian dirinya. Membandingkannya yang diberikan kepada kita dan kepada orang lain itu. Tentu setidaknya ada sedikit gambaran, bagaimana kita bisa menilainya. Hal itulah yang membuat diri kita akan terus berjuang, atau mencukupkan perasaan kita cukup sampai disini saja.
"Asal kau bahagia, aku bukan menyerah memperjuangkanmu. Aku hanya merasa engkau akan lebih bahagia jika berjodoh dengannya. Walau tentu hati ini tetap bersedih merasakannya. Namun aku akan tetap tegar merelakan dirimu bahagia dengan dirinya."
0 Response to "Asal Kau Bahagia, Aku Bukan Menyerah, Aku Hanya Ingin Kau Lebih Bahagia. "
Post a Comment