"Dibully, suatu keadaan dimana diri kita direndahkan oleh orang lain. Entah itu dianiaya secara fisik maupun secara mental. Itu rasanya begitu menyakitkan."
Sakit, itulah rasanya saat diri kita dibully oleh orang lain. Bahkan mungkin dari teman-teman kita sendiri, bisa jadi dari lingkungan keluarga kita sendiri. Pembullyan tidak hanya sekadar kekerasan fisik, bahkan kita merasakannya berupa kekerasan mental. Entah seperti diejek bersama-sama, dimaki-maki secara bersama, bahkan sekadar diberi panggilan khusus yang begitu buruk kepada kita. Rasanya memang begitu sedih sekali, apalagi saat diri kita tidak bisa berbuat apa-apa.
"Seorang pembully, bisa jadi mereka sudah berkelainan khusus. Merasa bangga saat bisa merendahkan orang lain, merasa senang saat bisa melihat orang lain menderita."
Sering kali ada berita di televisi, entah itu seperti rekaman cctv atau sebuah pengakuan dari seorang korban bullying. Saat itu kita beramai-ramai menghujatnya. Namun apa daya saat sang pelaku adalah seorang remaja yang baru tumbuh besar. Seolah ada rasa iba ketika melihatnya sebagai anak yang masih dibawah umur. Jika akan diberi hukuman maka akan merasa kasihan dan tidak tega. Jika dibiarkan juga akan menjadi masalah, bisa jadi ia tidak akan menjadi jera dan malah ingin membuat kegiatan bullying yang lebih besar lagi. Mungkin orang tua, guru dan lingkungannya yang bisa memberi hukuman padanya. Bukan tentang hukuman fisik yang diberikan. Namun bagaimana memahamkan dirinya dengan nilai moral yang ada.
Saat pelakunya adalah seorang anak-anak, sedih rasanya jika pihak sekolah langsung membuatnya dikeluarkan dari sekolahnya. Bukankah justru sang pelaku akan terbiarkan, malah tidak mendapatkan pendidikan dan pemahaman bagaimana ia akan berubah. Kalau memang disekolah baru diharapkan ia akan lebih berubah, tentu hal itu akan lebih sulit lagi. Ini tentang bukan bagaimana mempertanyakan ketegasan, namun tentang bagaimana tanggung jawab kita semua itu mengembalikannya menjadi anak yang baik kembali.
"Pembully dewasa, sebuah kelakuan merendahkan orang lain padahal dengan hal itu justru ia sang pelaku menjadi manusia yang sangat rendah."
Terkadang saat diri kita merasa sok hebat, merasa lebih kuat, merasa lebih pintar atau bahkan merasa lebih sempurna. Kita lalu memaki, mengejek, dan merendahkan orang lain yang kita anggap dirinya lahir dengan keadaaan tak sempurna. Atau mungkin jauh lebih buruk dari kita. Entah dari kondisi fisiknya, atau dari sifatnya yang kita anggap tak seperti kita. Saat seperti itulah, bukan dirinya yang terlihat rendah. Namun kita sendiri yang begitu rendah karena merasa kita lebih wah dari orang lain. Begitu rendahnya diri kita, hingga tidak sadar bahwa Sang Pencipta bisa saja membuat kita lebih buruk darinya secara seketika.
"Seperti ibarat bahwa hidup ini selalu berputar, kita tidak pernah tahu jalan apa yang akan dtempuh dan dijalani oleh teman-teman kita. Bisa jadi orang yang kita anggap rendah itu, justru ia yang akan begitu kita mintai tolong di waktu yang akan datang. Maka perlulah dari sekarang, kita mau menghargai semua orang sebagai sesama manusia."
0 Response to "Dibully itu Rasanya Sangat Sakit, Serasa Begitu Direndahkan Walau Sesama Manusia"
Post a Comment