Setiap orang tentu mempunyai harapan keberhasilan di masa depannya. Sebuah harapan yang ingin ia wujudkan untuk bisa hidup bahagia. Harapan-harapan itu bisa berucapa cita-cita, mimpi-mimpi, atar terget-target pencapaian yang ingin diwujudkan. Kita memang berhak untuk berharap dan berusaha, karena setiap orang punya kesempatan untuk bisa meraih kesuksesannya. Bahkan berlomba-lomba untuk menjadi orang yang sukses, itu bukanlah sesuatu yang salah.
Kala diri kita sudah beranjak dewasa. Teman-teman di sekitar kita mulai asyik bahkan sibuk untuk mengejar cita-citanya masing-masing. Teman-teman sepermainan kita dulu mulai menggeluti bidang-bidang yang ia ingin capai. Ada yang nampak begitu serius, ada yang nampak begitu santai, ada pula yang masih malas-malasan. Seolah tidak ada beban di hidupnya, atau mungkin ia masih bingung mau berbuat apa. Setidaknya diri kita harus berusaha untuk tidak menjadi tipe yang malas-malasan itu.
Seiring berjalannya waktu, kita sudah bisa melihat sedikit banyak tentang keberhasilan yang dicapai teman kita. Entah itu dari pendidikan, prestasi, pekerjaan atau dalam hal jabatan dan juga status sosial. Sudah ada yang mulai terlihat kesusksesannya, bahkan mungkin ada yang sudah sangat sukses menurut ukuran kita. Lalu, bisa jadi kita mulai mengukur tingkat keberhasilan kita sendiri. Seperti apa kita dibanding mereka, jika hanya sebagai sebuah bahan renungan dan evaluasi diri. Tentu sedikit membandingkan itu tidak apa-apa, asal kita bisa berbenah lebih baik karenanya.
( Baca juga : Jangan Cari Yang Sempurna, Aku Bukan Sosok Yang Sempurna )
Setiap orang memang mempunyai jalan cerita hidup masing-masing. Ada yang dengan sangat cepat meraih kesuksesan, baik itu karena kerja kerasnya atau karena dari bantuan orang-orang di sekelilingnya. Entah itu dari keluarganya atau orang-orang tertentu dibaliknya. Ada pula yang teramat susah mencapai keberhasilan, karena berbagai faktor hadangan dan tantangan terhadapnya. Bisa jadi posisi diri kita itu yang cepat sukses, atau yang susah sukses, bisa pula ada di antara keduanya.
Kita perlu hati-hati ketika membandingkan pencapaian diri kita terhadap teman-teman kita. Pertama adalah jika ternyata teman kita itu nampak lebih berhasil dari kita. Jika kita tidak berlapang dada, kita malah jadi mengeluh terhadap keadaan bahkan mengeluh kepada Allah. Hingga malah nantinya bisa menimbulkan rasa iri dan dengki yang berlebihan. Rasa yang membuat diri kita tidak suka ketika melihat keberhasilan teman kita itu. Rasa tidak suka melihatnya bisa ini dan itu, padahal bukankah dulu adalah teman kita. Sekarang harusnya masih teman kita.
Kedua, jika ternyata diri kita merasa lebih berhasil dari teman-teman kita. Rasa seperti ini pun bisa membuat diri kita menjadi nampak jumawa atau menyombongkan diri.
" Ini lho aku, ini lho pencapaianku, bla bla bla ..."
Hal itu terjadi kala diri kita terlalu membandingkan, kita yang merasa telah mencapai ini dan ini, telah bisa itu dan itu, mampu membeli ini dan itu. Sedangkan kita merasa teman-teman kita itu tidak ada apa-apanya. Hingga dampak buruknya kita jadi merendahkan status sosial teman kita itu karena keberhasilan yang ada. Harusnya, bukankah sebagai seorang teman kita harus bisa membantunya untuk mencapai keberhasilan.
Dalam segenap pencapaian yang telah kita raih, kita akan merasa bahagia jika kita mampu bersukur atasnya. Sebagai manusia, diri kita memang tak akan pernah puas karena ingin menambah kesuksesan terus menerus. Apapun hasil yang telah kita capai, menghargai hal tersebut adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap diri sendiri. Jika kita terus membandingkan, lalu kapan kita akan menikmati hidup ini?
0 Response to "Syukuri Pencapaianmu, Jangan Terlalu Bandingkan Dengan Kesuksesan Orang Lain"
Post a Comment